Panorama Gunung Mantar
. Asal-usul Desa Mantar
Kini kata “ Mantar “ mungkin sudah tidak asing lagi di telinga banyak orang semenjak di jadikannya lokasi utama dalam pembuatan Film Serdadu Kumbang yang di Sutradarai oleh Ari Sihasale. Memang benar MANTAR adalah sebuah desa yang berada tepatnya di atas Gunung pada ketinggian 630 meter di atas permukaan air laut dan termasuk salah satu daerah terpencil yang terletak di wilayah KSB. Disini saya akan mengulas tentang asal usul desa Mantar. Menurut H. Sulaiman yang sudah lama menetap di desa Mantar yang telah di ceritakan oleh orang dulu mengatakan bahwa Kata mantar ini berasal dari nama seorang jendral yaitu “MANTRI ”. Konon awalnya Mantar bernama "Mount Tarry". Mountartinya gunung dan Tarry artinya tinggal, jadi Mount Tarry maksudnya gunung tempat tinggal. Namun seiring berjalannya waktu karena penyebutannya sulit di ucapkan oleh orang dulu maka di singkat Mount Tarry menjadi mantar. Nama ini mengingatkan kita bahwa penemu pertama AI MANTE adalah seorang Mantri. menurut salah satu warga mantar juga mengatakan bahwa kata mantar berasal dari 2 kata yaitu Man dan Tar. Man artinya Manusia sedangkan Tar artinya terdampar. jadi mantar adalah tempat berkumpulnya manusia terdampar yang memilih menetap di atas Gunung.
Mantar mempunyai semboyan yaitu “ Bau melantar Bariri “. Makna dari kalimat ini adalah Bau melantar berarti jika menginginkan sesuatu (keinginan yang kuat) dan Bariri berarti membuahkan hasil. Semboyan ini di tujukan kepada keturunan Mantar dengan harapan jika sudah mempunyai keinginan yang kuat maka harus benar-benar niat untuk di kerjakan (tidak boleh di kerjakan setengah ).
Konon pada zaman dahulu sebelum Indonesia merdeka, di kisahkan oleh masyarakat Mantar berlayarlah sebuah Bangka atau perahu kayu yangmana di dalamnya terdapat berbagai macam suku yaitu Jawa Gresik, Portugis, Jepang, Belanda, Jerman, sulawesi dan Banglades. Bangka adalah nama kapal zaman dahulu yang di pakai untuk berlayar menyeberangi lautan. Setelah berlayar beberapa malam Bangka itu mengalami goncangan karena angin yang besar, bangka itu di bawa oleh arus hingga terdampar ke tepi pantai sementara orang-orang di dalamnya dan semua peralatannya seperti 2 buah Guci, Gong, Gali Punti dan Gali Salaguri ikut di bawa oleh mereka. Bangka itu pecah di pesisir pantai dan menjadi batu yang sekarang di kenal dengan sebutan BANGKA BLA’. Tempat ini bisa di jumpai di desa Tuananga. Bangka Bla’ artinya Kapal pecah. Disinilah terdapat tanda jejak kaki orang-orang dulu dan layar kapalnya yang menjadi batu. tempat ini menjadi bukti kekuasaan Allah Swt.
Bukti bekas jejak kaki orang dulu
Layar Bangka yang menjadi batu
Sebelum tempat ini menjadi batu, Di pinggir pantai inilah mereka berisirahat dan bermalam di sana untuk sementara waktu. Setelah beberapa minggu bermalam di sana penumpang-penumpang Bangka yang terdampar itu menemukan kesulitan dengan air. Akhirnya mereka berjalan dan terus berjalan hingga salah seorang dari mereka yaitu seorang MANTRI (Jenderal) yang bernama Rahman menemukan sebuah mata air, dan akhirnya dipanggillah teman-teman mereka dan mereka membuat sebuah pemukiman disana. setelah itu Rahman dan Ramui mencoba menggali mata air itu tetapi tetap saja mata airnya kecil. Kecilnya mata air ini membuat mereka berpikir untuk berpindah tempat karena air merupakan sumber kehidupan.
Akhirnya Rahman, Ramui dan teman yang lainnya sepakat untuk menggunakan burung sebagai alat untuk bisa menemukan mata air yang lebih besar. Mereka percaya bahwa dimana burung berhenti pasti di sana ada mata air. pada saat itu di lihatlah burung terbang dan mereka mengikutinya hingga pada akhirnya burung itu berhenti di sebuah pegunungan yang tinggi yangmana di atas gunung ini ada mata air. Setelah itu Rahman menggali mata air itu, semakin dalam di gali semakin besar air yang keluar. Karena besarnya air yang keluar itu membuat mereka khawatir akan terjadi banjir maka Rahman menyuruh Ramui untuk mengambil Gong dan Gali Punti yang di bawa dari Bangka dan di taruh di dalam Air itu guna untuk menghalangi terjadinya banjir pada waktu itu.
air ini berbentuk seperti danau yang sekarang di kenal dengan sebutan “ Ai Mante ”. Di kisahkan dulu seandainya Gong dan Gali Punti tidak di taruh di dalam Ai Mante ini maka akan terjadi banjir besar yang dapat membahayakan desa yang berada di kaki gunung mantar. Akhirnya penumpang Bangka yang terdampar itu memutuskan untuk menetap dan bercocok tanam di sana sampai sekarang.
Mantar yang dulu
Dulu mantar adalah desa tertinggal yang masyarakatnya masih awam dan tingkat pendidikannya bisa di bilang rendah. Ini terbukti dengan sedikitnya orang yang sekolah pada masa itu. Dulu hanya ada satu sekolah di mantar yaitu SDN 1 mantar. Sekolah ini merupakan sekolah pertama yang bisa di masuki. Pada saat itu sedikit sekali orang tua yang mau menyekolahkan anaknya sehingga sebagian siswa di jemput oleh guru ke rumahnya. Para orang tua tidak begitu menghiraukan anaknya sekolah dan lebih senang mengajak anak mereka ke kebun atau ladang.
Dulu masyarakat mantar merasa kesulitan untuk melanjutkan anaknya sekolah ke jenjang yang lebih tinggi karena di sana tidak ada sekolah SMP apalagi SMA sehingga jika ingin melanjutkan sekolah harus turun ke bawah gunung mantar dengan berjalan kaki dan harus melewati hutan. Inilah salah satu yang menjadi penyebab utama sedikitnya orang tua yang mau melanjutkan sekolah anaknya. di tahun 2004 inilah sebagian besar melanjutkan sekolah. Untuk bisa menuju sekolah SMP atau pasar seteluk membutuhkan perjuangan dan tekad yang kuat. Mau tidak mau kita harus jalan kaki karena hanya itu jalan satu-satunya yang bisa di lewati supaya bisa melanjutkan sekolah. Untuk bisa sampai ke sekolah itu maka harus jalan kaki kira-kira kurang lebih 5 km dengan melewati hutan dan jalannya yang terjal serta berkerikil membuat kaki kita gemetaran. Jika tidak berhati-hati ketika jalan bisa jadi kita terjatuh.
Karena terlalu jauh untuk pulang pergi maka harus ngekos di tempat yang agak dekat dengan sekolah SMP supaya bisa jalan kaki pergi sekolah. Pada tahun 2010 lalu, desa mantar mendapat bantuan mantar supaya bisa menggunakan kendaraan ke sana. Dengan adanya jalan itu sangat memudahkan masyarakat mantar karena tidak perlu bersusah payah jalan kaki untuk bisa sekolah ataupun pergi ke pasar. Semenjak di buatkannya jalan itu, jalan yang dulu jarang di lewati. Jadi sekarang ada 2 jalan yang bisa di lewati untuk naik ke mantar yaitu bisa jalan kaki lewat jalan Ai olat dan lewat jalan tapir.
Adat – Istiadat Desa Mantar
Seiring perkembangan zaman, kini Desa mantar menjadi sorotan dan menarik perhatian banyak orang yang mulanya di anggap desa terbelakang. Mantar ini mulai di kenal oleh banyak orang semenjak di jadikan film Serdadu Kumbang. pemandangannya yang indah dan suasananya yang sejuk memberikan kebahagiaan tersendiri bagi setiap penggunjung yang datang.
Sejauh yang saya ketahui ada 3 adat yang masih di pertahankan di Mantar sampai sekarang yaitu Adat Sedekah Pisor, Takbir dan Ntek Dulang.
1. Sedekah Pisor
Sedekah artinya memberi sedangkan Pisor adalah jajan yang berbentuk seperti bantal guling yang berisikan beras ketan di campur dengan kelapa yang sudah di parut dan di isi di dalam daun kelapa yang sudah di bentuk. Jadi sedekah Pisor yaitu menyedekahkan pisor kepada orang selain orang mantar sebagai bentuk rasa syukur karena bisa mendapat hasil panen padi. Sedekah pisor merupakan salah satu adat yang masih di pertahankan oleh masyarakat mantar sampai sekarang.
Adat ini di laksanakan sekali dalam setahun tapi jika hasil panen tidak bagus biasanya sedekah pisor ini tidak di laksanakan. Apabila harinya sudah di sepakati maka di undanglah orang banyak. Yang biasa di undang adalah orang Tuananga, Kiantar, Omal sapa’ dan desa-desa lain yang berada di kaki Gunung Mantar. Proses pelaksanaannya di lakukan selama 2 hari. Hari pertama masyarakat mantar membuat sekaligus memasak pisor. Kemudian hari kedua tamu undangan berkumpul di Masjid sementara masyarakat mengantarkan pisor ke Masjid. Setelah itu di bagikan kepada tamu Undangan.
2. Ntek Dulang
Ntek Dulang adalah adat desa Mantar yang di laksanakan pada saat hari Raya yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Yang di lakukan disini adalah saling menukar jajan dengan orang lain. Kira-kira kurang lebih 10 hari sebelum hari Raya masyarakat mantar mulai membuat jajan yang nantinya akan di bawa ke Masjid. Yang biasa di buat adalah Rengi, Urai, wajik, telinga bali dan tare’. Satu rumah membawa 2 buah Dulang yaitu 1 Dulang untuk tempat nasi dan lauk-pauk dan dulang yang satunya sebagai tempat jajan yang di hias sedemikian rupa oleh pemiliknya. Mereka menyelipkan kertas kecil yang bertuliskan nama mereka masing-masing di atas Dulang yang berisi lauk-pauk supaya di ketahui siapa pemiliknya. Nah setelah solat Idul Fitri 2 dulang yang sudah di hias di bawah ke masjid dan perwakilan dari setiap rumah berhenti di masjid. Setelah semuanya telah duduk rapi maka proses penukaran jajan ini baru di laksanakan. Setelah pulang dari masjid baru pergi ziarah ke kubur keluarga masing-masing.
Adat ntek dulang di mantar
3. Takbir
Takbir adalah acara yang paling besar di Mantar. Takbir di sini bukan membaca seperti bacaan yang selalu kita baca ketika Hari Raya akan tetapi Penamatan Al-Qur’an yang di mulai dari surah Ad- Duha sampai An-Nas. Hari pertama pergi ngaji, anak yang mau ngaji di antar oleh orang tuanya untuk di serahkan lansung kepada gurunya. adat takbir ini bertujuan untuk mengambil kembali anak yang telah di serahkan mengaji ke rumah gurunya. Kenapa harus takbir ? karena kepercayaan orang mantar, kalau tidak takbir maka status anaknya masih anak dari gurunya. Sehari sebelum acara Takbir, sebelum magrib orang yang akan Takbir bersiap-siap untuk “ Barodak ”.
Barodak adalah dioleskannya beras kuning yang sudah di tumbuk ke seluruh tubuh oleh orang yang sudah di percayai di sana. Proses barodak ini dilakukan 2 kali yaitu setelah magrib dan tengah malam kira-kira jam 11 malam. kemudian di mandikan setelah solat subuh dengan tujuan agar indah dan segar di pandang orang. orang yang takbir di haruskan memakai baju jubah putih. Biasanya acara takbir di lakukan jam 9 yang di hadiri oleh orang banyak dan harus gurunya yang menyimak ketika membaca ayat-ayat pendek. Takbir ini di haruskan bagi orang yang telah menyerahkan anaknya untuk ngaji. Adat ini bisa di lakukan kapan saja sampai orang tuanya siap dengan syarat anaknya sudah pernah tamat Al Qur’an 30 juz.
D. Masakan dan jajan khas Mantar
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sepat dan singang adalah masakan khas sumbawa. Kedua masakan khas ini juga merupakan masakan khas mantar.
Sejauh yang saya ketahui ada beberapa jenis jajan yang sering di buat oleh orang mantar yaitu Rengi, wajik, urai, telinga bali dll. Rengi adalah jenis jajan yang terbuat dari ketan putih atau hitam yang di kukus kemudian di bentuk sesuai dengan percetakannya atau dalam bahasa Mantar di sebut “pamagan”. Alat tradisional ini di buat dari bambu yang sudah di tipiskan. ada yang berbentuk segi tiga, bentuk jantung, bulat, lonjong dan segi empat. cara pembuatannya sangat sederhana hanya butuh waktu 5 atau 10 menit untuk membuatnya dan siapapun bisa membuat alat ini.
sebenarnya bisa saja di buat tanpa menggunakan alat. Kenapa harus menggunakan alat ? supaya lebih mudah di bentuk dan terlihat rapi serta indah di lihat. Rengi juga merupakan jajan yang sering di buat oleh orang Lombok ketika ada acara tertentu seperti di acara pernikahan dan namanya mempunyai kemiripan. rengi dalam mantar sedangkan dalam bahasa sasak ada penambahan huruf “ g” menjadi Renggi. proses pembuatannya juga sama hanya saja kalau di mantar di buat lebih tebal sedikit supaya ketika di goreng rengi tidak pecah. Jajan wajik juga sering di buat oleh orang lombok tapi nama jajannya bukan wajik akan tetapi jajan pangan. Walaupun sama tetapi ada perbedaan dalam proses pembuatannya.
Kalau dilihat dari hasil kedua jajan yang sama ini, letak bedanya kalau pangan warnanya tidak terlalu hitam sedangkan wajik dalam bahasa mantar berwarna hitam. Ternyata letak bedanya adalah tergantung lamanya di masak, menurut ibu saya yang sering membuat jajan ini mengatakan bahwa alasan di biarkan di atas api lebih lama supaya jajan itu tidak cepat rusak dan bertahan lebih lama. Di Lombok kedua jajan ini di buat ketika ada pernikahan dan syukuran Haji sementara kalau di mantar di buat untuk menyambut Hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha dengan tujuan supaya jajan ini bisa menjadi sedekah sehingga bisa di bawa bersamaan dengan zakat Fitrah.
Urai dan Telinga Bali jajan khas mantar
Sesuatu yang unik atau yang di sebut khas memiliki tempat tertentu untuk bisa mendapatkannya. Di sebut khas karena hanya di tempat itu kita bisa mendapatkan apa yang kita cari seperti jajan urai dan telinga bali yang hanya bisa di dapatkan di desa Mantar. Misalnya tidak lengkap rasanya kalau ke lombok tidak ke gunung rinjani, ke taliwang tidak ke Bundaran kemutar telu center (KTC) dan Masjid Agung Darussalam dll. Begitupun dengan mantar, tidak lengkap kalau tidak mencicipi makanan maupun jajan khasnya karena setiap tempat pasti ada khasnya masing-masing. Urai adalah jajan yang terbuat dari tepung beras yang di campur dengan gula pasir dan ada juga yang menambahkan gula merah. Alat yang di pakai adalah alat khusus yang telah di buat sendiri oleh orang sana yang dalam bahasa mantar “pamagan urai ”. alat ini terbuat dari kulit kerasnya kelapa yang di lubangi kecil-kecil dan biasa di buat berbentuk segitiga dan seperti bantal guling.
Selain itu ada juga jajan telinga bali. Nah penasaran kan dengan nama jajan ini ? mungkin bagi orang yang baru mendengarnya menganggap bentuk jajan ini seperti telinganya orang bali. Memang benar bentuknya agak mirip dengan daun telinga. Dulu jajan ini pertama kali di lihat di bali dan di bawa serta di buat di mantar. Jadi Telinga adalah bentuk jajannya sedangkan bali adalah tempat pertama kali di lihatnya jajan tersebut. Oleh sebab itulah di beri nama telinga bali.
E. Tradisi Gotong- royong
Gotong-royong merupakan kerjasama yang di jujung tinggi oleh masyarakat mantar seperti gotong-royong dalam membuat rumah, membersihkan jalan, kuburan dll. Sejauh yang saya ketahui tradisi gotong-royong hampir punah di daerah sumbawa karena kebanyakan menganggap segala hal bisa di kerjakan dengan uang tetapi di desa ini tradisi gotong-royong tetap di pertahankan sampai saat ini. Tradisi ini bertujuan saling membantu ketika ada acara-acara tertentu seperti ketika ada orang nikah, takbir, syukuran haji yang dapat di lihat pada gambar berikut.
Mungkin saudara bertanya apa yang di lakukan oleh orang-orang dalam gambar di atas. Seperti yang kita lihat bahwa orang tersebut sedang memegang bambu. Dalam bahasa mantar di sebut Nunya’. Nunya’ maksudnya menumbuk padi atau sama dengan menggiling padi mengggunakan pabriknya. Nunya’ adalah cara melepas kulit padi dengan cara menumbuk menggunakan bambu yang di sebut Deneng. Kenapa padi perlu di tunya’ ? menurut sebagian orang mengatakan supaya zat gizi dalam beras tidak hilang.
F. Tradisi Mengambil Air di Mantar
Memang negeri atas awan itu sudah banyak mengalami perubahan dari segi pendidikan, perbaikan jalan dan perbaikan gang desa tetapi tetap saja masalah air masih belum bisa teratasi. Di sana ada satu sumur yang airnya bersih, sejuk dan tidak mengandung zat kapur. Air ini sering di sebut Ai’ Sumur. Sumur ini memiliki kedalaman kurang lebih 5 meter dan berbentuk segi empat. Ada banyak sumur di mantar tetapi hanya sumur itu satu-satunya air yang sejuk di minum dan bertahan pada musim kemarau walaupun harus melalui proses ngantri. Meskipun begitu ai’ sumur ini tetap di ambil oleh orang sekampung mantar. Jadi bisa di bilang satu sumur untuk orang sekampung. Biasanya waktu yang di pakai untuk mengambil air minum (Ai’ Sumur ) setelah solat subuh supaya paginya bisa mengerjakan pekerjaan lain.
Sebelum pergi ambil air harus mempersiapkan 4 hal yaitu tenaga, gayong ( timbah bertali ), kain dan ember. Kain di pakai di atas kepala sebagai alas supaya kepala tidak sakit ketika membawa air. Memang ada yang membawa dengan cara menjinjingnya akan tetapi lebih banyak yang membawa air dengan ember yang di taruh di atas kepala atau yang di kenal dengan “ Bareson “ dalam bahasa mantar. Biasanya orang ngantri mengambil air pada waktu bulan puasa. Jika mau mendapatkan air maka kita harus bangun sebelum orang lain bangun baru bisa mendapakan air tanpa mengantri. Jadi cocok dengan kalimat yang mengatakan “ siapa duluan dia yang dapat “.
Ketika air habis maka masyarakat mantar membuat kelompok antrian air. Satu kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang. biasanya jarak tunggu antara kelompok satu dengan kelompok lain sekitar sehari. Untuk air yang di pakai mandi dan nyuci biasanya kita harus jalan turun ke bawah melewati hutan. Di sana ada beberapa mata air diantaranya Ai’ Baru, ai’ Tete dan ai’ Bua’. Jadi jika ingin mandi dan nyuci mau tidak mau harus berjalan kaki beberapa kilometer dengan melewati jalan setapak karena belum ada jalan besar.
G. Tradisi nikah di Mantar
Setiap daerah atau desa pasti memiliki adat yang berbeda seperti halnya pernikahan. Laki-laki dan perempuan yang ingin menikah pasti melewati proses yang namanya merari’ atau Tama bakatoan. Merari’ adalah cara awal yang di lakukan untuk bisa menikah. Biasanya Laki-laki dan perempuan pergi ke rumah keluarga laki-laki atau perempuan tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Proses merari’ ini kebanyakan di lakukan pada malam hari. Selain merari’ ada juga yang pergi Tama bakatoan. Jika di indonesiakan sama artinya dengan pergi melamar.
Tama bakatoan yaitu keluarga laki-laki pergi ke rumah keluarga perempuan untuk meminta supaya di nikahkan dengan anaknya. Yang memilih melamar membutuhkan biaya yang besar karena harus melakukan pesta pernikahan di lapangan pada malam hari dan biasanya di lakukan oleh keluarga berada. Setelah memberi tahu niat mereka untuk menikah kepada pemilik rumah tempat pergi merari’ maka pemilik rumah akan memberikan tahu kepada orang tua laki-laki dan perempuan. Setelah di ketahui oleh orang tua laki-laki dan perempuan maka di lakukan proses selanjutnya yaitu satemu karante dalam bahasa mantar.
Satemu karante sama dengan rapat keluarga yang bertempat di rumah perempuan untuk memutuskan maskawin dan semua hal yang mendukung terlaksananya pernikahan. Mayoritas orang mantar adalah petani dan rata-rata memiliki tanah. Itulah sebabnya maskawin yang di minta oleh orang tua perempuan adalah tanah dan uang untuk keperluan pernikahan sampai selesai. Kenapa tanah yang menjadi maskawin ? karena tanah adalah sumber penghidupan setelah menikah sekaligus menjadi warisan untuk keturunannya kelak. Jika semuanya telah di sepakati maka akan di lakukan pembuatan jajan di rumah perempuan selama beberapa hari.
Dulu akad nikah berlansung di masjid mantar akan tetapi sekarang bertempat di kantor KUA. Pada Hari pernikahan kedua mempelai pergi ke kantor KUA sementara orang tua mereka di rumah memberi makan kepada masyarakat sekitar. Setelah makan satu persatu orang di bagikan sebuah plastik yang berisikan berbagai macam jajan.
H. Proses pembuatan rumah panggung
Rumah panggung adalah sebuah tempat berteduh yang terbuat dari kayu sebagai bahan dasarnya. Biasanya rumah panggung tendiri dari 14 tiang tetapi jika menginginkan rumah yang lebih besar maka cukup di tambahkan tiang lagi sesuai keinginan pemiliknya. Selain sebagai tempat berteduh rumah panggung juga memiliki banyak kegunaan yaitu di bawah rumah bisa di gunakan sebagai Lumbung Padi (tempat menyimpan padi), tempat kandang kambing dan tempat berlindung dari banjir. Di mantar masih sangat menjunjung tinggi nilai Gotong-royong, salah satunya dalam membuat rumah. Pembuatan rumah panggung di kerjakan dengan cara gotong-royong. Jika semua tiang dan peralatan yang lainnya sudah terkumpul maka tiang-tiang itu akan di tata / di lubangi satu persatu.
Setelah itu baru di masukkan pada setiap ujung yang di lubangi. Kemudian di dirikan dan di pasang papan. Di dalam rumah panggung juga terdapat beberapa kamar yang di dindingi dengan menggunakan triplek. jadi hasilnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
I. Penghasilan di mantar
Mayoritas penghasilan orang mantar adalah padi karena sebagian besarnya adalah petani. Ada 3 tempat yang bisa di tanami padi yaitu di sawah, Kebun dan ladang. Untuk bisa menanam padi di sawah maka harus menunggu turunnya hujan karena di sawah membutuhkan air banyak. Biasanya padi di kebun dan di ladang lebih dulu di tanami daripada di sawah karena di kebun dan ladang tidak perlu menunggu air hujan hanya saja ketika di tanami tanahnya minimal harus lembab supaya padi bisa tumbuh. Di kebun dan di ladang bukan hanya padi yang bisa di tanami tetapi bisa juga di tanam jagung dan timun dalam waktu yang bersamaan.
Tidak hanya itu, di pinggir kebun juga bisa di tanami sayuran seperti komak dan kacang panjang. Di mantar hanya bisa mengambil hasil panen sekali dalam setahun karena kekurangan air jadi hanya mengharapkan air hujan saja. Padi yang sudah di dapatkan tidak di jual akan tetapi di simpan di lumbung padi untuk persediaan bekal tahun depan karena khawatir tidak turun hujan. Gotong-royong tidak di pakai dalam acara nikah akan tetapi juga dalam menanam padi sampai panen padi. Tradisi saling membantu ketika menanam padi masih di pertahankan di mantar. Prosesnya berlansung ketika ada orang menanam padi sebagian masyarakat mantar pergi membantu begitupun ketika yang membantu menanam padi maka akan di bantu juga sehingga sebanyak apapun yang di lakukan terasa ringan dan pekerjaan cepat selesai. Jadi siapa yang membantu maka akan di bantu.
J. Sekolah satu-satunya di Mantar
Sekolah adalah salah satu tempat menuntut ilmu dan juga merupakan jalan untuk mencerdaskan anak Bangsa. Dulu di mantar Cuma ada satu sekolah yaitu SDN 1 Mantar. Karena semakin banyaknya murid yang masuk setiap tahun maka di bangun lagi sekolah yaitu SDN 2 mantar. Ketika ada anak yang masuk sekolah maka siswa di bagi 2 sebagian di SDN 1 dan sebagian lagi di SDN 2. Pada tahun 2003 SDN 1 mantar di terpa oleh angin dan gempa yang sangat dahsyat. Meskipun angin dan gempa hanya beberapa menit tapi akibat yang di timbulkan sangat besar yaitu atap sekolah hampir semuanya terlepas dan temboknya juga banyak yang belah sehingga semua kelas tidak layak di pakai untuk belajar.
Melihat kondisi itu, guru memindahkan tempat belajar di luar kelas yaitu di bawah pohon mangga dan pohon nangka yang berada di depan kelas. Proses belajar di bawah pohon itu tidak berlansung lama karena para guru cepat menemukan solusi yaitu dengan cara memindahkan siswa SDN 1 ke SDN 2 untuk ikut bergabung belajar di sana. Dulu guru yang mendapat tugas mengajar di mantar harus jalan kaki karena tidak ada jalan lain yang bisa di lewati untuk bisa sampai ke mantar. Guru yang bertahan pada saat itu adalah guru yang sangat luar biasa karena sanggup melewati hutan dengan jalan kaki. Kalau bukan karena niat, keikhlasan dan tekat yang kuat tidak mungkin bertahan mengajar di sana. Keikhlasan yang membuat orang mulia dan di kagumi oleh orang lain.
Seiring berjalannya waktu, di bangun lagi sekolah SMP yang berlokasi di tempat yang sama yang di kenal dengan Sekolah SATAP (satu atap) POTO TANO. Sekarang hanya Sekolah ini satu-satunya yang berada di Mantar. Sekolah yang tertinggi di KSB adalah sekolah mantar. Tertinggi maksudnya di sini bukan kualitas sekolah ataupun ilmunya akan tetapi tempat sekolahnya yang tinggi dan berada di atas gunung. Proses belajarnya juga tidak jauh beda dengan sekolah yang berada di bawah. Kebanyakan tenaga pengajar / guru berasal dari daerah lain seperti Lombok, jawa, seteluk, Taliwang dll.
K. Kubur Markat di Mantar
Semua daerah atau desa pasti memiliki tempat khusus pemakaman begitupula dengan mantar. Ada 2 tempat pemakaman di mantar yaitu di Pamanto’ dan Bruta’. sebelum sampai pamanto’ pasti kita melewati yang namanya kuburan. Di tempat itulah nenek moyang orang mantar di makamkan dan ketika ada yang meninggal juga di kuburkan di sana sampai sekarang. Di antara banyaknya kuburan tersebut ada satu kuburan yang berbeda dengan yang lainnya karena memiliki batu misan yang tinggi. Kuburan ini di sebut “Kubur Markat”oleh sebagian orang sana. Kubur markat ini pasti memiliki sejarah kenapa di beri nama seperti itu karena orang dulu tidak begitu menghiraukan sejarah. Ketika orang yang luar biasa meninggal dunia sejarahnya ikut hilang sehingga tidak tercatat dalam sejarah. Jadi itu sebabnya tidak banyak sejarah yang bisa saya tulis.
Kemungkinan kubur markat itu adalah makam orang alim pada zaman dulu karena kata markat itu maksudnya Berkah. Kata “ Berkah ” memiliki makna yang mendalam. Contohnya seperti orang yang ilmunya berkah. Dia pasti memiliki guru yang sangat luar biasa seperti Ulama’ besar TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid selaku pendiri NW. Ciri- ciri ilmu yang berkah / orang yang berkah hidupnya adalah :
1. Selalu di ingat
2. Memiliki guru yang luar biasa
3. Selalu senang bersamanya
4. Jika tidak ada di rindukan
Ada lagi kuburan yang jarang di ketahui oleh orang bahkan orang mantar sendiri banyak yang tidak mengetahuinya yang bertempat di Bruta. Kubur- kubu itu tidak di jadikan kubur umum karena agak jauh dari rumah masyarakat. Jadi hanya ada 3 buah kubur saja di sana dan posisinya terletak di bawah pohon beringin jalan menuju ke Bruta’. Menurut salah satu masyarakat mantar, ketiga orang yang meninggal itu adalah orang-orang yang mati perang karena membela Agama. Kuburan itu sering di gunakan untuk membayar nazar dengan cara di mandikan di sana. Memang pada hakikatnya Allah SWT. Yang menyembuhkan orang sakit bukan kubur / Makam akan tetapi Allah menghendakinya dengan jalan menziarahi kubur / makam.
contoh kalimat orang bernazar yang biasa kita dengar “ jika penyakit yang kamu derita sembuh maka saya bernazar untuk memandikanmu ai mante “. Ada 2 tujuan orang membayar nazar yaitu melaksanakan janji / nazar yang telah di ucapkan dan sebagai bentuk rasa syukur karena telah di berikan kesembuhan. Jika suatu tempat di gunakan sebagai tempat untuk membayar nazar berarti ada sesuatu yang lebih di tempat tersebut.
Kebiasaan orang mantar pergi ziarah kubur setelah solat Idul Fitri dan Idul Adha. Setelah solat Idul Fitri dan Idul Adha maka orang-orang yang berada di kaki gunung Mantar seperti orang Tuananga, kiantar, Omal sapa’, dan sagena datang ke desa mantar untuk berziarah ke rumah keluarga dan sanak saudara serta ziarah kubur. Kenapa mereka harus ziarah kubur ke mantar ? karena semua orang dari desa itu asal mulanya dari mantar dan otomatis nenek moyang mereka kebanyakan di kuburkan di sana. Jadi kalau hari lebaran suasana di desa mantar ramai dengan orang- orang yang pergi ziarah.
L. Tempat Membayar Nazar
Di mantar ada 3 tempat yang di percaya oleh orang sebagai tempat untuk membayar nazar yangmana terletak di berbagai tempat yaitu di Ai’ Mante, di kubur Bruta’ dan di Bangka Bla’ (Tuananga). Di Ai’ Mante sering di gunakan untuk membayar nazar oleh orang. biasanya setelah di mandikan di sana orang yang sakit menjadi sembuh. Mungkin ada terbesit di benak saudara/i, bukankah meyakini sesuatu selain Allah SWT termasuk syirik ? hal itu memang benar tetapi yang harus di ketahui bahwa Allah memiliki cara tertentu untuk menyembuhkan atau menolong hamba-hambanya. Memandikan hanya sebagai syarat yang harus di penuhi sebab Allahlah yang menghendaki jalan tersebut. Jika Allah sudah berkehendak maka Kun Fayakun Allah akan terjadi. Jadi bukan Ai’ Mante yang menyembuhkan.
Untuk yang memandikan tidak sembarangan orang, ada orang yang di percaya untuk memandikannya. Yang biasanya di bawa ketika membayar nazar adalah ayam, pisor dan ketupat. Setelah dimandikan baru ayam di lepas di dalam Ai’ Mante dan biasanya anak-anak masuk ke ai mante untuk mengambil ayam yang telah di lepaskan. Kemudian baru pisor dan ketupat di bagi 2 yaitu sebagian di kasih kepada orang-orang yang kebetulan berada di sana dan sebagian lagi di taruh di otak Ai’ Mante, dulu caranya pisor dan ketupat di gantung di (pohon baru) tapi karena sekarang pohon sudah tidak ada jadi di gantung di pagar Ai’ Mante. Ada 3 Manfaat membayar nazar yaitu :
1. Bisa bersilaurrahmi
2. Menjadi wadah untuk berbagi
3. Menepati janji kepada Allah dan manusia.
M. Kesenian Mantar
Ada 2 kesenian di desa mantar yaitu nyesek dan rabalas pantun.
1. Nyesek
Di Era modern sekarang ini banyak hal yang bisa kita buat dengan mudah dengan bantuan alat modern seperti membuat sarung, baju, selendang dll. Tapi di mantar justru menampilkan hal yang berbeda dalam membuat sarung ataupun selendang karena di desa ini masih menggunakan alat tradisional. Alat yang digunakan adalah Benang, kayu yang sudah di rakit dan kayu pengerat benang supaya tersusun dengan rapi sesuai dengan yang di inginkan. kesenian ini di kenal dengan “ Nyesek ”. nyesek kalau di bahasa indonesiakan sama dengan menenun.Dalam membuat sarung atau selendang dengan cara Nyesek ini membutuhkan kesabaran dan kejelian mata dalam mengatur benang supaya tersusun dengan rapi sesuai keinginan serta membutuhkan waktu lama untuk bisa menjadi sarung ataupun selendang”. Begitulah kata-kata yang di lontarkan oleh penyesek tersebut. Kesenian ini hampir punah tetapi semenjak di tetapkan sebagai desa budaya kesenian ini di hidupkan kembali.
Hasil kesenian Nyesek
2. Rabalas pantun
Selain kesenian nyesek ada satu lagi kesenian yang ada di desa mantar yaitu rabalas pantun atau dengan kata lain saling balas pantun. Kesenian itu adalah sebuah hiburan yang biasa di pakai ketika ada pernikahan untuk meramaikan rumah pengantin. Rabalas pantun di Mantar bukan seperti orang berpantun pada umumnya akan tetapi di lagukan dengan beberapa variasi lagu. yang perlu di persiapkan adalah pantun dan gambus / gitar. Rabalas pantun di lantunkan oleh laki-laki dan perempuan.
Mungkin kalau sekedar membaca pantun biasa semua orang bisa tetapi di lantunkan dengan suara yang indah dan menggunakan variasi lagu yang berbeda belum tentu semua orang bisa karena setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Perempuan yang akrab di panggil Ida ini adalah satu-satunya yang bisa balas pantun di desa mantar. Dia adalah albino perempuan di mantar yang memiliki suara yang indah di dengar ketika berpantun. Laki dan perempuan yang berbalas pantun duduk saling berhadapan dengan aturan perempuannya yang memegang microfone sementara yang laki memainkan gambus. Ini berlansung sepanjang malam yaitu dari setelah isa sampai subuh.
Contoh naskah rabalas pantun :
L : Apalah guna pergi ke sawah
Jikalau tidak menutup pintu
Apalah guna pergi ke sekolah
Jikalau tidak menuntut ilmu
P : Buat apa mempunyai lampu
Kalau bukan untuk di nyalakan
Buat apa mempunyai ilmu
Kalau bukan untuk di amalkan
Rabalas pantun di mantar tidak menggunakan bahasa mantar akan tetapi menggunakan bahasa indonesia. Naskah di atas jika di artikan dalam bahasa mantar menjadi :
L : nonya tegas mu lalo lako uma
Lamin nos mu sampat lawang
Nonya tegas mu lalo lako sekolah
Lamin nos mu belajar
P : keyang tu beka lo lampu
Lamin nuya untuk tu samelik
Keyang beka lo ilmu tu
Lamin nuya untuk tu amalkan
Rabalas pantun di mantar bukan hanya di lagukan dengan berbagai macam variasi akan tetapi di dalam pantun itu banyak ilmu yang bisa kita ambil jika kita benar-benar merenungi isi pantun tersebut. Lewat pantun secara tidak lansung kita memberikan ilmu untuk orang lain sama halnya dengan menulis. Kenapa kita harus menulis ? karena lewat tulisan kita bisa menitipkan ilmu untuk orang lain.
N. Keunikan Desa Mantar
Sekarang, sebagian orang menjuluki desa Mantar dengan sebutan Negeri atas awan bukan karena desa ini terletak di atas awan akan tetapi karena tempatnya yang tinggi seperti berada di atas awan. Ada 6 keunikan desa Mantar yaitu :
1. Mantar adalah sebuah desa yang sangat unik karena berada di atas Gunung dengan ketinggian 630 meter di atas permukaan air laut. untuk mencapai desa ini harus menempuh jarak yang panjang melewati bebatuan yang terjal. Diperlukan kendaraan 4WD atau yang di kenal dengan Ranger untuk bisa mengakses kesana dengan aman, ada juga yang menggunakan kendaraan beroda dua bagi orang yang sudah terbiasa dan ini membutuhkan perjuangan untuk bisa sampai ke sana. di Desa mantar kita akan dimanjakan dengan pemandangan yang indah. Dari atas puncak mantar inilah kita bisa melihat lautan, gili kenawa, pelabuhan tano, selat alas dan gunung Rinjani yang indah di pandang oleh mata seolah-olah gunung Rinjani berada di samping kita.
Pemandangan yang terlihat dari puncak mantar
2. Desa mantar ini mempunyai cerita sejarah yang kental, konon penduduk desa Mantar berasal dari berbagai macam suku yaitu Jawa Gresik, Portugis, Jepang, Belanda, Jerman, sulawesi dan Banglades yang terdampar di pinggir pantai karena kapalnya karam. seiring berjalannya waktu akhirnya mereka menemukan Mata air yang besar di atas gunung Mantar. Setelah melihat kondisi sekitar maka mereka memutuskan untuk menetap dan bercocok tanam disana.
3. Peninggalan 2 guci tua yang sekarang bisa ditemukan di depan Masjid An-Nur Desa Mantar. Guci ini dipercayai sebagai simbolisasi laki-laki dan perempuan. Di dalam guci laki-laki ini ada orang pernah melihat Naga, keris dan seekor Kuda. Beberapa tahun yang lalu Guci laki-laki ini pernah di curi oleh orang dan mau di jual tapi pas besoknya Guci ini mau di jual, malamnya dia bermimpi di kejar dan di injak oleh seekor kuda. Anehnya rasa sakit di dalam mimpinya di rasakan juga setelah bangun tidur, beginilah yang di ceritakan oleh pencuri itu. Akhirnya dia menggurungkan niatnya untuk menjual guci itu dan mengembalikannya ke desa Mantar. Ada lagi peninggalan berupa Gong tua yang di taruh di dalam Ai Mante. Dahulu kala gong ini dipakai untuk menutupi mata air yang tidak henti-hentinya mengeluarkan air supaya tidak terjadi Banjir.
2 guci tua peninggalan orang dulu
4. Disini hidup albino sebanyak 7 orang. albino adalah orang yang berkulit putih seperti Bule. Dikisahkan dulu di dalam Bangka itu terdapat 7 orang bule tapi sekarang hanya 2 albino yang masih berada di Mantar. Biasanya ketika ada albino ke-8 lahir maka itu pertanda akan ada albino lain yang meninggal. jumlah albino akan tetap berjumlah 7 orang , tidak boleh lebih. Begitulah yang dituturkan oleh orang yang telah di tuturkan oleh orang dulu.
Salah satu Albino yang berada di desa Mantar
5. Ai Mante adalah danau yang unik karena bisa berubah warna berdasarkan keadaan desa Mantar. Bila air itu berwarna merah berarti akan terjadi suatu musibah atau malapetaka. Bila hijau dan bening/jernih berarti aman dan warna agak kekuningan itu tandanya akan terjadi sesuatu. Ai Mante juga di gunakan sebagai obat dan sering di gunakan untuk membayar nazar dengan cara di janjikan dan di mandikan disana. Ajaibnya dengan izin Allah Swt. Setelah di mandikan di Ai Mante orang yang mulanya sakit bisa sembuh.
6. Di desa inilah terdapat objek wisata yang tidak kalah menariknya dengan tempat wisata lainnya yang di kenal dengan pamanto’. Nah biasanya objek wisata itu identik dengan pantai, tempat pemandian seperti air terjun dan kolam renang tapi berbeda dengan suasana di mantar ini yang di juluki sebagai negeri atas awan oleh sebagian orang yang pernah ke sana. Pamanto’ adalah sebuah tempat yang terletak di bagian paling pinggir di desa mantar. Di sinilah mata kita akan di manjakan oleh panorama alam yang masih natural dengan melihat pemandangan alam dari puncak Gunung Mantar. Yang jelas terlihat adalah lautan, gili kenawa, pulau lombok, pulau sumbawa, pelabuhan tano, pasir putih, lampu hijau’ desa-desa di bawah kaki gunung Mantar dan gunung Rinjani bahkan rasanya dekat seperti berada di samping kita. di sana juga di sediakan beberapa beruga’ sebagai tempat berteduh dari hujan dan panas terik matahari. tempat ini bukan hanya di jadikan sebagai tempat untuk melihat pemandangan akan tetapi pamanto’ ini juga di jadikan sebagai tempat take off bagi paragliding. Di sanalah tempat yang di rindukan oleh sebagian orang yang hampir setiap hari ada saja pengunjung lalu lalang untuk melihat dan menikmati pemandangan dari negeri atas awan ini.
Pamanto’ di puncak mantar
Beruga’ di sekitar Pamanto’
O. Mantar saat ini
Dahulu orang mantar sering di anggap remeh oleh sebagian orang karena keadaan desanya berada di tempat terpencil dan tidak ada akses jaringan alias tidak ada sinyal. akan tetapi sekarang justru karena keterpencilannya dan bertempat di atas gunung itulah yang menjadi suatu keunikan dan menjadi salah satu alasan mantar di jadikan lokasi pembuatan Film Serdadu kumbang yang di sutradarai oleh Ari Sihasale pada tahun 2010 lalu. ini adalah film sumbawa pertama yang bertempat di mantar Yang walaupun sebagian besar aktornya bukan dari mantar tapi tetap saja Mantar telah menorehkan prestasi dan membesarkan nama pulau sumbawa pada umumnya dan khususnya di wilayah KSB. Anak mantar yang ikut di film itu adalah kedua adik saya yaitu Sri bintang dan sri devi, mansur, muhammad dan Ahmad yani.
Gambaran di Film Serdadu Kumbang
Berkat film itulah Saat ini mantar menjadi buah bibir banyak orang dengan pesona pemandangan indah yang di milikinya menjadi magnet yang menarik perhatian orang bahkan mereka berlomba-lomba ke mantar.
Seiring berjalannya waktu mantar di jadikan sebagai tempat utama paragliding dan dijadikan sebagai tempat kompetisi bagi paralayang pada tahun 2015 kemarin. peserta paralayang ini berasal dari negara yang berbeda yaitu singapura, bandung, malaysia dll. Kini anggapan orang tentang desa terpencil dan pelosok ini sudah sirna di bawah oleh angin sampai ke awan hingga desa mantar ini di juluki “negeri atas awan” oleh sebagian pengunjung. Bukan karena mantar berada di atas awan akan tetapi tempatnya yang tinggi seperi berada di atas awan dan paragliding itu akan landas di bawah kaki gunung mantar.
Jadi puncak mantar dan paragliding itu ibarat sebuah pesawat yang terbang dari bandara ke awan dan lepas landas lagi di bandara. Ini sama artinya mantar sebagai awan dan paralayang sebagai pesawatnya. Bagi paragliding, tempat terbang biasanya di sebut dengan“ Take Off ” sedangkan tempat turun garis finish di sebut “Landing”.
Desa Negeri Atas Awan
Paragliding trip dari atas Mantar
Pada tanggal 1- 4 september 2016 adalah hari kedua kalinya mantar di pakai sebagai tempat utama take off bagi paralayang dalam mengadakan kompetisi sekaligus menjadi moment terindah di negeri atas awan itu. Kedatangan paragliding di sambut dengan senang hati khususnya oleh masyarakat mantar dan orang sumbawa pada umumnya. Peserta paragliding berjumlah 105 peserta yang terdiri dari peserta laki-laki dan perempuan. Mereka datang dari berbagai negara yaitu korea, padang, bogor, sumatera barat, jawa barat,bandung dll. Peserta paragliding tidak hanya berasal dari luar akan tetapi ada juga 3 paragliding mantar yaitu Mukhlis, sudirman dan Doani.
Acaranya berlansung selama 4 hari. Pada saat itulah mantar kebanjiran pengunjung. Sebagian besar orang berbondong-bondong ke mantar. Saking padatnya orang mau kesana angkutan umum mantar yang di kenal dengan Ranger tidak bisa menampung orang banyak yang berdatangan dari semua penjuru. karena capek menunggu akhirnya sebagian orang terpaksa jalan kaki demi melihat pesona alam yang di pancarkan oleh gunung mantar.
Kebahagiaan paragliding dan para pengunjung hampir redup karena cuaca angin yang tidak mendukung. Karena melihat kondisi angin yang tidak memungkinkan untuk terbang akhirnya semua paragliding pulang membawa parasut masing-masing dan acara kompetisinya di cancel. Hampir semua paragliding pulang membawa kekecewaan tapi dengan izin Allah Swt. Tiba-tiba setelah jum’atan angin kembali mencerahkan suasana mantar. Semua parasut di bawa kembali ke tempat Take Off dan mereka terbang satu per satu sesuai dengan nomor urut mereka masing- masing. Dengan adanya kompetisi paragliding memberikan manfaat bagi masyarakat mantar. Selain rumah masyarakat di jadikan sebagai tempat penginapan, masyarakat juga bisa berjualan snack dan minuman di sekitar tempat Take off yaitu di Pamanto’ desa Mantar.
Aturan pelayanan yang di berikan oleh mantar adalah untuk makan siangnya bertempat di lokasi Take off yang di handle oleh semua ibu-ibu PKK desa Mantar. Tujuannya adalah supaya peserta paragliding tidak capek pulang hanya untuk makan siang. Jadi peserta paragliding hanya sarapan pagi dan makan malam saja di rumah masyarakat. Acara kompetisi di laksanakan selama 3 hari yaitu dari tanggal 1-3 Desember 2016 sedangkan tanggal 4 adalah pembagian hadiah.
Sebagian paragliding terbang dari puncak mantar ke Poto Tano dan semuanya pergi refreshing ke pasir putih yang mana tempatnya tidak jauh dari tempat landing. Pembagian hadiah tidak di laksanakan di mantar akan tetapi di pasir putih supaya setelah pembagian hadiah selesai mereka lansung pulang ke rumah masing-masing. Menurut kedua peserta paragliding yang menginap di rumah saya mengatakan bahwa mantar itu indah dan cocok di pakai untuk terbang paragliding. Kemungkinan mantar akan di pakai lagi sebagai tempat kompetisi bagi paragliding untuk tahun-tahun yang akan datang.
P. Masa Depan Mantar
Seiring perkembangan zaman membuat Sebagian masyarakat mantar menganggap rumah panggung sebagai rumah kuno yang ketinggalan zaman. Ini terbukti dengan semakin bertambahnya orang yang ingin membuat rumah permanen (rumah Batu). Dulu semua rumah masyarakat mantar adalah rumah panggung yang bernuansa suasana pedesaan tapi kini justru rumah panggung di rubah menjadi rumah Batu. hari Jumat, 7 Desember 2012 merupakan hari di mana Bupati KSB KH. Zulkifli Muhadli menetapkan desa mantar sebagai desa Budaya guna menarik minat wisatawan kunjungan ke desa ini. Hamparan persawahan diselingi kebun berpagar pohon menghiasi perkampungan di perbukitan yang berada pada ketinggian 630 meter di atas permukaan air laut itu. Tak jauh dari lokasi itu juga nampak rumah-rumah panggung yang berjejer rapi.
Pepohonan hijau yang mengelilingi perkampungan dan hawa dingin khas pegunungan terasa kental dengan nuansa pedesaan. Kehidupan warganya yang tetap mempertahankan tradisi leluhur menciptakan suasana yang harmonis dan menyimpan sejuta pesona keindahan dan kedamaian sehingga Bupati Sumbawa Barat yang akrab di panggil kyai Zul mengatakan bahwa desa budaya ini nantinya akan didukung dengan berbagai fasilitas penunjang. Namun infrastruktur yang akan dibangun tetap mempertahankan keasliannya agar benar-benar bernuansa pedesaan.
"Saya ingin menjadikan Mantar sebagai desa budaya yang mirip dengan sebuah desa budaya di Cina yakni Desa Wisata "Hallstatt". Jadi nantinya semua bangunan rumah penduduk berarsitektur khas Sumbawa yakni rumah panggung," katanya. Selain itu, Beliau juga menginginkan di semua halaman rumah penduduk ditanami bunga sehingga akan nampak indah agar para wisatawan merasa betah menikmati liburan di desa yang berada pada ketinggian 630 meter di atas permukaan air laut. kini di Desa Mantar hanya sebagian yang menempati rumah panggung. Ke depan semuanya akan dilakukan perubahan secara total, sehingga semuanya menjadi rumah panggung. Rumah permanen yang ada sekarang ini akan diganti dengan rumah yang berarsitektur khas Sumbawa.
Terkait dengan rencana penggantian sebagian rumah penduduk dengan rumah panggung dan alat pertanian menggunakan peralatan tradisional Kyai Zul berjanji akan memusyawarahkan dengan warga. "Saya memastikan bahwa penggantian rumah penduduk dan peralatan pertanian menggunakan peralatan tradisional itu tidak akan dilakukan secara paksa dan tidak akan merugikan masyarakat, karena semuanya dilakukan secara musyawarah dan dibiayai oleh pemerintah," katanya. Di samping itu di beberapa titik strategis, Pemkab Sumbawa Barat akan membangun pos terutama di sekitar tebing yang berbatasan dengan pesisir pantai. Dari lokasi ini wisatawan bisa menikmati keindahan pemandangan laut.
Konsep pembangunan pariwisata di Desa Budaya Bukit Mantar ini akan mengedepankan pariwisata berbasis masyarakat, artinya para wisatawan yang berkunjung ke desa ini bisa menginap di rumah penduduk yang berfungsi sebagai homestay. Ini akan menjadi sumber pendapatan masyarakat, karena para wisatawan akan membayar penginapan dan makanan yang disuguhkan untuk para wisatawan. Dengan cara ini masyarakat benar-benar akan menikmati dampak pariwisata. Obyek wisata Budaya Bukit Mantar menawarkan suasana pedesaan yang penuh kedamaian. Tak ada hotel bintang atau restoran mewah, para tamu yang menginap akan disuguhkan menu makanan khas Sumbawa, seperti "sepat" dan "singang" (masakan berbahan ikan).
Itulah gambaran mantar di masa yang akan datang. Sekarang sebagian yang telah di rencanakan sudah terwujud seperti bangunan pos di sekitar tebing yang berbatasan dengan pesisir pantai dan rumah masyarakat sudah di pakai sebagai tempat penginapan wisatawan yang berfungsi sebagai Homestay. Ketika wisatawan paragliding kesana maka akan di berikan penginapan di rumah penduduk dan di bagi dalam satu rumah terdiri dari 2 atau 3 orang. masyarakat menerimanya dengan senang hati. Kedepannya mantar akan banyak di kunjungi oleh wisatawan bukan saja wisatawan lokal akan tetapi akan lebih banyak dari negara luar.
Rumah-rumah panggung yang bernuansa pedesaan
Pada gambar di atas terlihat jelas rumah-rumah panggung yang berjejer rapi mengelilingi lapangan desa mantar. Kebanyakan orang yang belum pernah ke mantar menganggap bahwa di atas gunung yang cukup tinggi ini tidak mungkin ada kehidupan. Memang benar Kalau desa ini di lihat dari bawah gunung mantar seperti tidak ada kehidupan tetapi justru setelah mereka melihat sendiri baru mereka percaya. kesejukan udara pegunungan dan pemandangan yang indah menyimpan sejuta pesona kedamaian sehingga tidak ada bosan-bosannya mata memandang. Desa Mantar masuk wilayah administratif Kecamatan Poto Tano dengan luas wilayah 3.085 kilometer persegi. Hamparan sawah dan kebun yang luas serta hawa pegunungan yang masih alami memberikan kedamaian tersendiri bagi setiap pengunjung yang datang.
Sumber : http://wisatamantar.blogspot.com/p/panorama-mantar.html
Sumber : http://wisatamantar.blogspot.com/p/panorama-mantar.html