
Barapan ayam ini hampir sama dengan balapan kerbau, yang juga satu tradis. Tak jauh berbeda dengan barapan kerbau yang dipasangkan noga (kayu
penyangga) di atas kepalanya supaya dua kerbau tetap berlari bersama. Barapan ayam juga menggunakan sejenis noga yang terbuat dari tali benang untuk membuat kedua ayam lari bareng. Sementara joki barapan ayam menggunakan lontar sebagai alat penggiring ayam agar sampai ke tujuan.
“Barapan ayam atau balapan ayam ini bermanfaat untuk mencari ayam
terbaik. Dalam hal kecepatan berlari, fisik yang prima dan sekaligus
mencari juki yang terampil menggiring ayamnya,” jelas Abidin Nore ( 46
Th ) pecinta sampo Ayam Desa Mura Kecamatan Brang Ene , saat ditemui, di
sela-sela latihan sampo ayam di lapangan sepak bola desa mura Sore
kemarin. Menurutnya, tradisi ini sudah ada sejak zaman dulu. Khususnya
ketika masih eksisnya Kesultanan Sumbawa dan kerap dimainkan oleh
anak-anak. Kemudian di masa sekarang kembali dikembangkan oleh pemerhati
budaya Sumbawa Barat dalam hal ini Lembaga Adat Tana Samawa Ano Rawi
Sumbawa Barat itu terbukti hampir dalam stiap bulan diadakan kegiatan
lomba sampo ayam in dan bahkan pesertanya bahkan ada dari luar KSB.